Direktur Archipelago Solidarity Foundation, Dipl.-Oek. Engelina Pattiasina kepada pers di Jakarta, Rabu (13/10/21). |
JAKARTA- Keinginan Presiden Joko Widodo untuk membangun Indonesiasentris semakin meragukan, karena smelter untuk mengolah hasil tambang di Papua dibangun di Gresik, Jawa Timur. Hal ini menghilangkan kesempatan Papua dan kawasan timur untuk menikmati multiplier effect ekonomi dari keberadaan PT. Freeport di Papua.
“Sejujurnya, ini sangat tidak adil. Papua itu daerah kaya, tapi jadi provinsi termiskin di Indonesia. Ada peluang ekonomi Papua justru ditarik ke Jawa. Dimana Indonesiasentris-nya? Papua juga butuh lapangan kerja, butuh listrik, butuh infrastruktur. Saya baca akan terserap 40 ribu tenaga kerja, yang semestinya itu tenaga kerja di Papua,” tegas Direktur Archipelago Solidarity Foundation, Dipl.-Oek. Engelina Pattiasina kepada pers di Jakarta, Rabu (13/10).
Menurut Engelina, sebagai orang yang belajar ekonomi dirinya tidak bisa memahami kebijakan pembangunan smelter Freeport di Jawa Timur.
“Minta maaf Bapak Presiden, kebijakan ini bukan saja tidak adil, tetapi telah mengalihkan kesempatan maju bagi orang Papua. Jadi, kita jangan pernah terkejut kalau selalu ada ketidakpuasan di Papua, karena pemicunya ada di Jakarta, semisal kebijakan pembangunan smelter ini,” tegas Engelina yang juga mantan anggota MPR/DPR RI ini.
Dia menegaskan, kalau memang di Papua masih kekurangan listrik, infrastruktur dan sebagainya, ya sudah sewajarnya untuk dibangun di sana. Kekayaan diambil dari Papua dan dampak kerusakan akibat pertambangan menjadi beban lingkungan dan orang Papua, tetapi dampak ekonominya dinikmati daerah lain.
“Yang menjadi pertanyaan, sampai kapan kekuasaan dikelola seperti ini? Pemilik sumber daya alam tidak bisa menikmati kekayaan alamnya. Tidak boleh daerah lain dieksploitasi untuk kemakmuran daerah lain,” jelasnya.
Menurut Engelina, sebenarnya momentum pembangunan smelter ini merupakan satu kesempatan untuk mengurangi kesenjangan kawasan timur dan barat. Kalau seperti begini, katanya, kesenjangan kawasan akan semakin melebar.
“Smelter ini merupakan ujian nyata, apakah adil atau tidak?” tegasnya.
Engelina mengatakan, Indonesiasentris itu hanya sebatas slogan. Dia mencontohkan, Bandara dibangun di Jawa Barat, yang terbukti tidak terlalu mendesak untuk digunakan. Akibatnya, Bandara itu dibiarkan tidak berfungsi. Di sisi lain, ada banyak daerah di Indonesia ini yang sangat merindukan adanya Bandara.
Begitu juga dengan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Akses dua kota ini didukung kereta api, jalan tol, jalan non tol, penerbangan udara. Tetapi, toh masih dibangun jalur kereta cepat.
“Pertanyaannya mengapa tidak dibangun di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Maluku atau Nusa Tenggara? Akses Bandung-Jakarta itu sangat memadai, ada daerah lain yang masih perlu perhatian lebih,” tegas Engelina.
Diresmikan Presiden
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan, pembangunan smelter di tanah air dilakukan untuk menciptakan nilai tambah produk tambang di dalam negeri. Hal tersebut disampaikan Presiden saat melakukan groundbreaking pembangunan smelter PT Freeport Indonesia di Kawasan Ekonomi Eksklusif (KEK) Gresik, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Selasa (12/10/2021).
“Inilah kenapa smelter PT Freeport ini dibangun di dalam negeri, yaitu di Gresik, Provinsi Jawa Timur. Ini adalah sebuah kebijakan strategis terkait dengan industri tambang tembaga setelah kita menguasai 51 persen saham Freeport. Dan saat itu juga, kita mendorong agar Freeport membangun smelter di dalam negeri. Karena sekali lagi, kita ingin nilai tambah itu ada di sini,” jelas Presiden.
Menurutnya, potensi yang sangat besar ini harus kita manfaatkan sebaik-baiknya, sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dengan menciptakan nilai tambah yang setinggi-tingginya bagi ekonomi.
“Tadi disampaikan Pak Menteri bahwa ini dalam masa konstruksi saja akan ada 40 ribu tenaga kerja yang bisa bekerja. Artinya, terbuka lapangan pekerjaan ini akan banyak sekali di Kabupaten Gresik dan di Provinsi Jawa Timur. Belum nanti kalau sudah beroperasi,” ujarnya.
Dibangun di atas lahan seluas 100 hektare, smelter PT Freeport Indonesia ini akan menjadi smelter single line terbesar di dunia dengan kapasitas pengolahan mencapai 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun atau 480 ribu ton logam tembaga. PT Freeport Indonesia sendiri merupakan bagian dari MIND ID, BUMN holding industri pertambangan.
No comments:
Post a Comment