Di tanah Papua yang kaya akan keanekaragaman hayati, terdapat masyarakat di kampung Skendi yang hidup rukun dengan alam.
Masyarakat setempat memanfaatkan hutan dan tanah dengan mencari kayu gaharu,daun gatal dan juga berkebun . Mereka percaya bahwa menjaga dan mengelola alam adalah kewajiban dan warisan yang harus dilalui untuk menyekolahkan generasi penerus mereka .
Kisahpun bermula, Pada suatu waktu datanglah seorang pemuda perantau Di kampung Skendi.
Kampung Skendi juga terbentas luas gunung batu yang menjulan tinggi , karena lapangan kerja yang sulit. Untuk mendapatkan uang, pemuda ini dengan bernoda peralatan seadanya (martelu, betel Dan lingis ) . Pemuda ini mengali tanah untuk memecah batu. Hari demi hari sili berganti. Dengan kesabaran pemuda memecahkan batu.
Di tahun 2015 pesta demokrasi lima tahunan bergulir, pembetukan tim kerja kandidat bupati pun di lakukan . Dengan melihat pasangan calon yang diusung parpol Hanura, PDI dan Gerindra. Pemuda ini pun masuk sebagai tim kerja pemenangan calon pada Pilkada tahun 2015.
Hasil kerja pemenangan pasangan calon Berhasil di lantik sebagai bupati dan wakil bupati masa bakti 2015-2020. Karena masuk dalam tim kerja pemenangan bupati. Pemuda ini mengusulkan jalan cor untuk menuju tempat galian batu si pemuda ini. Di tahun 2018 jalan cor sepanjang 50 meter berhasil di buat oleh pemuda ini. Dengan modal yang ada pemuda inipun membelikan mesin Pemecah batu.
Karena telah memiliki mesin pemecah batu, pemuda ini sudah tidak menggunakan peralatan hamar ( Martelu ). Sekarang pemuda ini memiliki 3 buah mesin pemecah batu.
Lokasi galian batu sekarang menjadi luas, karena lokasi galian sudah luas pemuda ini mengusulkan untuk membangun sebuah Bangunan MCK dan sumur bor di tahun 2023 bangunan MCK ini berhasil di bangun di lokasi galian batu si pemuda ini. Dan karena kampung Skendi berbatu terpaksa sumur bor di alihkan ke tempat lain tahun kegiatan paket 2023.
Pemuda ini menanamkan prinsip , "Saya tumbuh dewasa dengan berpikir bahwa ada seseorang yang menjaga saya.
Ada kalanya kehadiran seseorang yang kita andalkan menghilang. Sesuatu atau seseorang yang kita percayai pergi, dan hidup kita terguncang. Mungkin kita kehilangan orang terkasih, pekerjaan, atau tubuh yang sehat. Kehilangan itu membuat kita kehilangan keseimbangan dan labil. Kita bahkan mungkin akan berpikir bahwa Allah tidak lagi menjaga kita.
Namun "mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong" (Mazmur 34:16). Dia "dekat kepada orang-orang yang patah hati" (ayat 19). Dia adalah Gunung Batu yang kehadiran-Nya selalu menjadi tempat kita bergantung (Ulangan 32:4).
Kita harus mempercayai bahwa Dia adalah pemberi upah bagi orang yang benar-benar mencari-Nya. Hal ini sesuai dengan karakter Allah, yang memberi upah atas segala sesuatu yang kita kerjakan dengan tulus dan tekun. Kita tidak bisa meraih hadiah dari Allah tanpa iman. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus membangun dan memperkuat iman kita.
Kita juga perlu mengandalkan iman dalam menghadapi semua tantangan dan persoalan hidup, sehingga kita bisa menjadi saksi nyata yang memperlihatkan kebenaran dan kuasa Allah dalam hidup kita. Mari kita belajar untuk terus memperkuat iman kita dan mempercayai bahwa Allah selalu ada di tengah-tengah hidup kita dan mengasihi kita. Meyakini kesetiaan dan kebaikan-Nya akan menjadi landasan kuat dalam hidup kita, sehingga kita bisa hidup sesuai dengan kehendak-Nya dan meraih hadiah abadi dari-Nya.
Dari cerita ini kita belajar betapa pentingnya ketekunan dalam pekerjaan dan penuh optimis menjaga semangat hidup kita dalam mengatasi segala tantangan karena tidak ada hal yang sifatnya instan untuk didapatkan .
Tulisan di atas ini menceritakan kisah hidup Chados Sangkek di kampung Skendi Distrik Teminabuan Kabupaten Sorong Selatan
Provinsi Papua Barat Daya
No comments:
Post a Comment