Orang bijak berkesimpulan bahwa hidup ini adalah masalah. Hampir tidak ada satupun manusia di muka Bumi ini yang tidak pernah masuk dalam episode jeratan masalah. Karena itu, masalah harus dihadapi, bukan malah lari, menghindari.
Tuhan merancang hidup berikut sistemnya dengan sangat sempurna. Ia menghamparkan beribu macam masalah agar manusia mampu menarik pelajaran berharga dari persoalan itu. Bersamaan dengan itu, Tuhan juga menyiapkan beribu ladang bagi manusia agar bisa keluar dari masalah-masalah yang dihadapi.
Seribu, bahkan sejuta cara yang disediakan Tuhan bagi manusia untuk menyelesaikan makalah itu, hakikat muaranya hanya satu, yakni disalurkan, bukan dipendam.
Masalah yang dihadapi manusia sangat mirip dengan simpanan energi atau magma dari gunung berapi. Ketika tumpukan magma sebuah gunung berapi sudah maksimal, maka tumpahlah si magma dengan cara yang dahsyat, gunung meletus.
Cara pelampiasan tumpukan energi semacam ini membawa dampak kerusakan yang luar biasa. Meluntuluh-lantakkan semua yang berada di radius terdekat. Karena itu, ahli kegungapian kemudian menemukan cara mengeluarkan magma tidak sekaligus. Permukaan gunung dibuatkan lubang-lubang saluran agar energi magma terbuang sedikit demi sedikit, dan tidak menimbulkan letusan.
Begitu juga manusia dalam menghadapi masalah. Ia memerlukan saluran-saluran kecil untuk menumpahkan beban. Dunia psikologi mengenal penyaluran energi masalah itu sebagai katarsis. Seseorang bisa menumpahkan atau bercerita mengenai masalahnya kepada orang lain, seperti psikolog, sahabat atau tokoh spitritual yang dipercaya.
Salah satu pilihan katarsis itu adalah menuangkan segala unek-unek persoalan hidup ke dalam tulisan. Zaman generasi lama sangat akrab dengan istilah buku harian atau catatan harian.
Sebagai sarana penyaluran beban energi, menulis untuk terapi itu tidak terikat oleh aturan-aturan mengenai menulis cerita, layaknya cerita pendek atau esai, bahkan juga puisi. Pokoknya, menulis saja. Berbicaralah dengan kertas atau layar laptop dan komputer. Kini tambahan penumpahan itu bisa dipilih ke layar telepon seluler.
Mantan Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie adalah salah seorang yang memilih jalan menulis itu sebagai terapi ketika kehilangan kinasihnya Hasri Ainun Besari. Lahirlah buku Habibie dan Ainun, yang kemudian difilmkan.
Kita bisa menyimpulkan bahwa kedamaian jiwa merupakan harta dan kebebasan merupakan pilihan hidup.
Demikian pula sehat dan bahagia itu sederhana. Hadapi setiap peristiwa dan maknai sebagai jalan kebaikan yang telah ditentukan oleh Tuhan.
No comments:
Post a Comment