Judul : Catatan Perjalanan Pagi di Kota 1001 Sungai
Aku awali aktivitas pagi ini dengan puji syukur kepada Tuhan. Masih diberi napas untuk melihat betapa indah dan besarnya kuasa-Nya, yang menciptakan segala isi dunia ini dengan begitu sempurna.
Sorong Selatan, yang dijuluki Kota 1001 Sungai, selalu punya pesona tersendiri. Banyak tempat wisata yang cocok menjadi destinasi saat berlibur. Hari ini, aku melangkahkan kaki menuju persimpangan jalan, menunggu ojek.
Saat sudah di atas ojek, mataku menyapu kiri dan kanan. Banyak perubahan. Pemerintah Sorong Selatan kini sudah menata jalan menjadi dua jalur — dari SMP 2 Teminabuan sampai ke kompleks Kantor Bupati Sesna.
Sepanjang perjalanan, kulihat masyarakat dan kendaraan bermotor berlalu lalang. Mereka sibuk dengan aktivitas masing-masing. Seorang remaja tampak duduk di depan rumahnya — sepertinya ia tak pergi sekolah hari ini. Seorang bapak lewat dengan noken dan kapak, mungkin hendak menuju kebun. Ada pula sosok berseragam ASN yang rapi, tampaknya ia bekerja di Kantor Bupati.
Asap kendaraan bermotor menghiasi perjalananku pagi ini. Di persimpangan jalan Kajase, kulihat para pengojek saling berebut penumpang, terkadang mengabaikan keselamatan. Padahal, apa pun alasannya, keselamatan penumpang seharusnya menjadi prioritas.
Tiba di persimpangan jalan Manele, beberapa remaja usia sekolah tampak nongkrong di sana. Ternyata sejak pagi hingga sore, mereka menawarkan pasir milik mereka kepada para pengemudi truk yang melintas. Dengan celana pendek dan topi lusuh, mereka berharap dagangan pasir mereka laku. Dalam hati aku bertanya:
"Bagaimana jika pasir itu tidak laku? Di mana orang tua mereka? Bagaimana dengan sekolahnya?"
Pertanyaan-pertanyaan yang hingga kini belum terjawab. Aku hanya bisa menghargai semangat dan usaha mereka, sambil mengucap syukur kepada Tuhan yang telah memberi mereka kesehatan.
Sepanjang perjalanan dari Manele hingga Sesna, hamparan pepohonan menyegarkan mata. Sorong Selatan menyimpan begitu banyak cerita bagiku — sebuah kisah hidup yang terus berjalan.
Tak terasa, aku sudah sampai di sebuah gedung megah. "Ojek, singgah di sini," pintaku. Motor berhenti, aku turun dan membayar ongkos.
Gedung itu adalah Kantor Bupati Sorong Selatan. Perlahan, aku melangkah menyusuri tiap sudut bangunan. Di sana kulihat staf SKPD yang sibuk bekerja, juga warga yang datang mengurus berbagai keperluan.
Ingin sedikit beristirahat, aku berjalan ke arah kantor Pemberdayaan Perempuan. Di dekatnya, ada warung makan sederhana. Aku memesan, "Nasi telur dadarnya satu, ya, Bu."
"Baik, silakan ditunggu sebentar," jawab Ibu penjual dengan ramah.
Aku duduk di antara pegawai kantor yang juga sedang beristirahat. Tak lama, pesananku datang.
"Silakan, Dek."
"Terima kasih, Bu," jawabku.
Sambil menikmati makan siang, aku mengamati suasana warung yang semakin ramai. Ada yang bercerita tentang pekerjaan kantor, ada yang berbagi cerita keluarga, ada pula yang membahas kabar kampung.
Selesai makan, aku mengeluarkan ponsel, membuka galeri, dan memandangi foto-foto yang kuambil pagi tadi. Dalam hati, aku berdoa: Semoga Sorong Selatan terus berkembang.
Setelah puas berkeliling di kompleks Kantor Bupati Sesna, aku pun pulang. Di perjalanan, aku merenung:
"Kenangan bukan sekadar diingat, tetapi diwujudkan dalam tulisan agar tetap hidup sepanjang masa."
#fyp #foto #teks #cerita #inovasi #teknologi #kisah #proses #pekerja #mesin #pecah #batu
No comments:
Post a Comment