Notification

×

Kategori Berita

Tags

Kode Iklan Disini

Kode Iklan Disini

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Keberadaanmu di Kampung Skendi

Monday, 23 June 2025 | June 23, 2025 WIB Last Updated 2025-06-23T17:46:20Z
 
Judul : Keberadaanmu di Kampung Skendi

Kabut pagi masih menggantung di langit Kampung Skendi. Embun tipis membasahi rerumputan di halaman . Angin pagi selalu akrab ditempat ini.

Aku duduk di beranda rumah panggung , menatap jalan setapak yang membelah kebun pinang di kejauhan. Di tangan, secangkir kopi hangat mengepulkan uap tipis.

Di balik samar kabut, langkahmu perlahan muncul.

Kamu berjalan pelan, jaket tipis membungkus tubuhmu, rambut sedikit basah terkena gerimis. Begitu tiba di depan rumah, kamu tersenyum.

"Masih suka minum kopi pahit di pagi hari rupanya," katamu, suaramu pelan, nyaris tenggelam di antara desir angin.

Aku tersenyum tipis. " Duduk minum kopi di Skendi memang paling enak dinikmati begini."

Kamu duduk di sampingku. Kami sama-sama diam sejenak, hanya suara ayam di kejauhan yang menemani. Seperti biasa, tak ada keharusan untuk bicara. Diam kita, justru terasa paling jujur.

Akhirnya, kamu membuka suara.
"Aku mungkin tak akan lama di Skendi."
Aku menoleh, menatap matamu yang tampak berat. "Sudah diputuskan?"

Kamu mengangguk pelan. "Iya. Jalan yang kutempuh... mungkin bukan di sini. Bukan di kampung ini."

Aku menghela napas. Tak sepatah kata pun bisa keluar untuk menahanmu. Karena sejak awal, aku tahu: kita hanya saling singgah.

"Tapi terima kasih," katamu lagi. "Untuk semua pagi seperti ini. Untuk percakapan. Untuk... membuatku merasa diterima."

Aku tersenyum, meski dada terasa sesak. "Akupun harusnya yang berterima kasih. Karena hadirmu... membuat cerita lama tak lagi terasa perih."

Kamu menunduk, jemarimu memainkan cangkir kopi di tangan. "Aku takut, setelah aku pergi... kamu akan sendiri lagi."

Aku menggeleng. "Tidak apa. Hidup di Skendi sudah lama mengajarkanku... bahwa kehilangan adalah bagian dari perjalanan. Sama seperti sungai di kampung ini. Airnya mengalir terus, meski bebatuan mencoba menghalangi."

Diam lagi. Angin pagi berhembus lebih dingin.

Akhirnya, kamu berdiri. "Mungkin lain waktu... kita bisa minum kopi lagi. Di tempat yang berbeda."

Aku mengangguk pelan. "Akan kutunggu. Tapi kalau pun tidak, setidaknya... terima kasih, untuk keberadaanmu."

Kamu tersenyum. Lalu melangkah pelan menuruni anak tangga.
Aku memandangi punggungmu yang perlahan menghilang di balik kabut. Di tangan, cangkir kopi masih mengepulkan uap, meski kini sudah mulai mendingin.

Dan pagi itu di Kampung Skendi, aku belajar:
Bahwa perpisahan bukan akhir.
Bahwa kehilangan juga bisa menguatkan.
Bahwa keberadaan seseorang, meski sesaat... bisa mengubah hidup kita ke arah yang lebih baik.

No comments:

Post a Comment

-

================ =

Recent Posts

kunjungi alamat youtube

CHADOS SANGKEK ALAMAT KAMPUNG SKENDI SORSEL

Comments system

Subscribe Us

×
Chados Sangkek update
               
         
   
       
 
"CHADOS": { "SANGKEK": "DESAINER", "WEB": { "INI": "JIKA", "ADA YANG BERMINAT": "", "UNTUK PEMBUATAN WEB": ["BISA HUBUNGIN CHADOS SANGKEK "] } }