Judul : Rumah yang Terbengkalai Karena Dosa Masa Lalu
Di sebuah desa yang mulai berkembang, berdiri sebuah rumah setengah jadi di pinggir jalan utama. Rumah itu tak beratap sempurna, temboknya masih kasar, belum diplester, belum dicat. Sisa-sisa adukan semen yang mengering jadi saksi bahwa bangunan itu pernah dipenuhi harapan. Namun kini, rumah itu terbengkalai, dibiarkan begitu saja, ditelan debu dan ilalang liar.
Dulu, rumah itu dibangun dengan susah payah oleh pasangan Randi dan Maya. Bertahun-tahun mereka bekerja, Randi seorang pekerja keras, selalu bermimpi punya rumah sendiri, bukan tinggal dirumah mertua.
Namun, segalanya berubah ketika Maya mulai menjalin hubungan terlarang dengan pria lain — seorang lelaki berinisial AT. Pria itu PNS, punya motor. Maya yang mulai silau dengan dunia gemerlap akhirnya terjerumus dalam hubungan gelap .
Tak lama setelah maya merasa sudah hamil dengan AT , Maya meninggalkan Randi begitu saja. Ia pergi mengikuti AT yang telah berkeluarga, dan dari hubungan itu, Maya melahirkan seorang anak perempuan. Orang-orang kampung mulai bergosip:
"Kasihan Randi... ditinggalkan begitu saja, rumahnya belum jadi."
Namun kabar buruk datang beberapa tahun kemudian. AT yang awalnya memanjakan Maya, mulai berubah. Setelah Maya melahirkan anak, AT makin menjauh dan memilih bersama anak dan istrinya, dan akhirnya benar-benar meninggalkan Maya dengan anak perempuan yang masih kecil.
Di sisi lain, rumah setengah jadi itu menjadi rebutan. Maya, yang merasa ikut membangun rumah itu, ingin merebutnya. Perseteruan makin panas, hingga Maya tega melaporkan Randi ke polisi dengan tuduhan ingin pisah ternyata maya telah hamil anak AT karena randi hanya anak perantauan ia terpojok di kantor polisi karna banyaknya keluarga dari maya. Randi sempat ditahan selama sehari di dalam sel karena tidak menerima tawaran keluarga dari maya — sebuah penghinaan yang membekas di hati pria itu.
Sejak kejadian itu, Randi kehilangan semangat. Ia enggan melanjutkan pembangunan rumah yang penuh kenangan pahit. Maya pun tak pernah lagi berani menginjakkan kaki di sana. Rumah itu dibiarkan terbengkalai, tak berpenghuni. Dinding batako yang belum diplester jadi saksi bisu dari cinta yang dikhianati.
Kini, anak-anak kampung yang lewat suka berkata:
"Itu rumah kutukan... dulu gara-gara pelakor, sekarang nggak ada yang mau nempatin."
Sementara waktu terus berjalan, rumah itu tetap berdiri dalam kesepian. Tembok yang kasar, mimpi yang tak selesai, dan luka yang masih menganga — semuanya menjadi bagian dari cerita yang hanya bisa disampaikan dari mulut ke mulut di suatu hari nanti.
Dulu, rumah itu dibangun dengan susah payah oleh pasangan Randi dan Maya. Bertahun-tahun mereka bekerja, Randi seorang pekerja keras, selalu bermimpi punya rumah sendiri, bukan tinggal dirumah mertua.
Namun, segalanya berubah ketika Maya mulai menjalin hubungan terlarang dengan pria lain — seorang lelaki berinisial AT. Pria itu PNS, punya motor. Maya yang mulai silau dengan dunia gemerlap akhirnya terjerumus dalam hubungan gelap .
Tak lama setelah maya merasa sudah hamil dengan AT , Maya meninggalkan Randi begitu saja. Ia pergi mengikuti AT yang telah berkeluarga, dan dari hubungan itu, Maya melahirkan seorang anak perempuan. Orang-orang kampung mulai bergosip:
"Kasihan Randi... ditinggalkan begitu saja, rumahnya belum jadi."
Namun kabar buruk datang beberapa tahun kemudian. AT yang awalnya memanjakan Maya, mulai berubah. Setelah Maya melahirkan anak, AT makin menjauh dan memilih bersama anak dan istrinya, dan akhirnya benar-benar meninggalkan Maya dengan anak perempuan yang masih kecil.
Di sisi lain, rumah setengah jadi itu menjadi rebutan. Maya, yang merasa ikut membangun rumah itu, ingin merebutnya. Perseteruan makin panas, hingga Maya tega melaporkan Randi ke polisi dengan tuduhan ingin pisah ternyata maya telah hamil anak AT karena randi hanya anak perantauan ia terpojok di kantor polisi karna banyaknya keluarga dari maya. Randi sempat ditahan selama sehari di dalam sel karena tidak menerima tawaran keluarga dari maya — sebuah penghinaan yang membekas di hati pria itu.
Sejak kejadian itu, Randi kehilangan semangat. Ia enggan melanjutkan pembangunan rumah yang penuh kenangan pahit. Maya pun tak pernah lagi berani menginjakkan kaki di sana. Rumah itu dibiarkan terbengkalai, tak berpenghuni. Dinding batako yang belum diplester jadi saksi bisu dari cinta yang dikhianati.
Kini, anak-anak kampung yang lewat suka berkata:
"Itu rumah kutukan... dulu gara-gara pelakor, sekarang nggak ada yang mau nempatin."
Sementara waktu terus berjalan, rumah itu tetap berdiri dalam kesepian. Tembok yang kasar, mimpi yang tak selesai, dan luka yang masih menganga — semuanya menjadi bagian dari cerita yang hanya bisa disampaikan dari mulut ke mulut di suatu hari nanti.
No comments:
Post a Comment