Judul: Doa Terakhir untuk Koi
_Di bawah pohon ketapang yang berdiri di sisi batu, Maya duduk diam. Angin sore mengingatkan kenangan yang perlahan-lahan kembali. gunung batu menjulang tinggi di depannya, hati maya runtuh, penuh pecahan-pecahan yang tak sempat dia pungut.
Hari ini dia lihat sendiri, dengan mata kepala, nyong yang dia cintai — lagi, berjalan di pasar sambil menggandeng tangan perempuan lain. Mereka tertawa. Seperti tak pernah ada apa-apa yang pernah terjadi antara maya dan dia.
Maya tidak menangis balihat kenyataan itu.
Air mata sudah habis, entah di malam keberapa.
“Sampai hati lai, sayang…” bisiknya dalam hati.
“ko su biking katong dua pung cinta ancor… macam bagini…”
Dulu kitong dua janji. Akan Duduk berdua di sini, di bawah ketapang ini . Janji akan jalan sama-sama, susah senang, kitong dua akan Bersama . Tapi hari ini, janji itu tinggal seperti ukiran di pasir — hilang disapu ombak tanpa jejak.
“ko bajalang deng dia, sayang…”
“saa seng bisa tahan lagi par lia… ko deng dia…”
Maya pegang dada kirinya. Rasanya masih nyeri. Bukan karena cemburu, tapi karena kecewa. Ko pernah bilang...klau ko bukan tipe lelaki yang suka pergi. Tapi nyatanya,ko beralih hati.
“Saki saki paskali nyong e se biking…”
“Ancor beta pung hati…”
Kitong dua pernah susun rencana. Bangun rumah bersama. Punya kebun dibelakangnya. Nama anak sudah dipilih — kalau laki-laki Tomas, kalau perempuan Mira.
Semua tinggal kenangan yang terlindas waktu dan keputusan sepihak.
“Mana janji yang dolo katong dua ikat…”
“Mangapa kang su bagini…”
Tapi maya tau, hatinya tak boleh tumbuh benci. Karena cinta sejati tak pernah berubah jadi dendam. Maka ia menunduk, membisikkan doa dalam hati.
“Biar ko su deng dia…”
“Sa cuma bisa sombayang…”
“Semoga ko bahagia.”
Itu saja.Doa terakhir.
Dari hati yang pernah penuh cinta untuK ko, kini hanya ingin lihat ko bahagia — walau bukan bersama sa lagi.
No comments:
Post a Comment