Judul: Kalau Memang Su Tra Sayang
_"Bilang ko mau sa harus bagaimana…"
Suara dalam hati , saulang terus tiap malam.
Duduk di tangga belakang rumah, sambil pandang bulan yang makin jauh — seperti ko sekarang.
Ko masih di sisi sa,. Tapi rasa sayang? Su pergi ke lain hati.
Sekarang, tiap kata yang keluar dari mulut ko lebih banyak nada tinggi dari pada peluk hangat.
Tiap sa tanya , dibalas marah. Tiap sa kasih perhatian , disambut dingin.
"Bilang jang cuma tinggal deng bamarah…"
sa cuma minta satu hal: kejujuran.
Kalau sudah tidak sayang, bilang. Bukan tinggal dan bikin sa makin luka tiap hari.
Ko selalu saja bikin begini.
Bikin sa ragu sama diri sendiri.
Apa sa salah? Apa sa kurang?
Padahal dari awal, cinta ini sa kasi seutuhnya. Seng dibagi.
“Seng pernah mangarti lagi sadiki hati ini…”
Memang… mungkin sa terlalu cepat jatuh. Terlalu dalam.
Karna ko juga yang dulu datang dengan janji.
ko juga yang dulu bilang, “Tra akan tinggalkan sa.”
Sekarang?
Sa yang tahan rasa sendiri.
sa yang pura-pura kuat, padahal tiap malam sa tanya Tuhan:
“Kenapa cinta yang sa jaga, berubah jadi luka yang tersimpan?”
Sio… sakit...kalau memang ko su tra sayang…..sa lagi
Dari sekarang ko bilang.
Jang paksa sa batahang cuma karna ko kasiang.
sa bukan boneka yang disimpan karena se nyanda tega buang.
Kalau memang ko su ada yang lain, bilang.
Biar sa tra berharap.
Biar sa bisa tutup ini bab, meskipun berat.
Sa tau, cinta tra bisa paksa.
Dan cinta yang su terbagi, cuma akan jadi beban.
Lebih baik sa patah sekarang, daripada terus luka perlahan-lahan.
Jadi, malam ini, sa berdiri.
Tatap wajah ko yang lagi sibuk dengan handphone, yang dari tadi tra lihat sa, tra dengar sa.
Kini sa harus bilang,
“Kalau memang ko su tra sayang, dari sekarang bilang.
Jang tahan sa cuma karena ko rasa kasihan.
Dan untuk pertama kalinya…ko diam.
Mungkin ini akhir. sa harus belajar untuk pergi dari koi pu hidup"
No comments:
Post a Comment