Tidak usah ko menyesal

Judul: Tidak usah ko menyesal

_Langit di atas su mendung.Seakan tahu hari ini akan jadi hari terakhir sa sebut nama nyong e dengan nada rindu.

Sa berdiri diam di ujung jalan, tempat biasa ko dan sa duduk sambil lempar batu , tertawa, bercanda. Sekarang, tawa itu tinggal gema.

“Sudah jua, su cukup, nyong e…”

Sa ucap dalam hati. Rasa yang dulu menyala, sekarang su padam. Nyong datang lagi, bawa senyum yang sama, bawa kata yang dulu pernah bikin sa tertarik dan suka dengar. 
“Rasa yang dolo akang, su seng ada lai…”

Biar ko putar ulang cerita, ulang kata cinta yang dulu… sa tidak bisa. Bukan karena dendam. Tapi karena luka yang dulu, belum pernah benar-benar sembuh.

“Jang bicara sayang lagi … dan tidak usah ko menyesal…”

Sa sudah terlalu lama tunggu ko sadar. Tapi waktu ko pigi, ko pigi deng dia. Waktu sa butuh pelukan, ko malah kasih senyum ke yang laeng. Waktu sa jatuh, ko malah sibuk jaga tangan orang lain.

Sekarang ko datang. Katanya masih sayang, masih rindu". Sio...e... sa sudah selesai. Hati ini su bukan lagi par ko.

“Biar ko bilang masih sayang…
Biar ko bilang masih rindu…
Nyong e… cukup sudah…”

Sa lihat ko berdiri di sana, dengan mata yang kelihatan bingung dan bersalah. Tapi sa tidak goyah par terima ko lagi.

“Bale… bale deng dia…o”

Karena waktu ko pilih dia, ko buang sa tanpa pikir panjang. Sekarang sa sudah tidak mungkin ulang jalani cinta yang sudah remuk.

“Sio nyong, pigi… pigi deng dia…”

Jujur hati sa bilang: ko bukan lagi par sa. Biarpun dulu sa cinta, sekarang sa pung hati su terlanjur... par yang laeng.

“Maaf nyong e… maaf sayang…”

Sa su berbalik, jalan menjauh. Setiap langkah adalah tanda sa pilih diri sendiri. Bukan lagi cinta yang setengah-setengah.

Dan di belakang sana, biarlah ko berdamai dengan penyesalan. Karena cinta sejati bukan tentang datang kembali terus pergi... tapi tentang kehadiran di saat  seseorang itu terjatuh dan kita jadi sandaran untuk bangkit lagi.